Kami bersiap untuk turun. Karena dia yang paling dekat dengan jalan keluar, dia memimpin. Aku mengekor dibelakangnya. Rasanya seperti bukan hal yang baru, hanya sudah lama sekali tidak melihat balik belakangnya. Dia turun dari bis, aku mengikutinya.
Aku melihat jam tangan yang dipakainya. “Masih jam 3 sih,
kamu mau langsung pulang?” celetuknya tiba-tiba.
“Belum sih, aku belum pesan ojek. Kamu?”
“Kalau gitu ayo kita makan. Mumpung kita ketemu hari ini.”
Lagi-lagi dia memimpin jalannya. Aku berhenti sejenak hendak melepas jaket, dia
pun menyadari. Tiba-tiba, tasku dibawanya pergi. Aku kembali berjalan sembari
membawa jaketku saja.
“Kayaknya aku bawa sendiri gak apa-apa deh, berat soalnya tasku.
Iya kan?”
“Masih berat tasku sih, mau tukar?” Aku hanya membalasnya
dengan senyuman.
“Kamu mau makan yang berkuah atau enggak?”
“Yang berkuah, makan mi disana boleh?”
“Oke, aku yang traktir.” Aku menghentikan langkah kakiku, dia
kembali menyadari.
“Kali ini aku yang traktir, kali besok boleh ganti kamu. Gimana?”
“Jadi akan ada makan bersama lagi?”
“Ya kalau kamu mau sih dan kalau sama-sama luangnya.” Aku
mengangguk.
Kami masuk ke salah satu rumah makan. Disana kami memesan 2
mangkuk mi kuah beserta 2 minumannya. Aku memesan teh hangat dan dia es jeruk.
“Kamu minum es? Nggak ngrasa dingin?”
“Enggak, aman kok.” Jawabnya singkat.
Tiba-tiba aku melihat toko kue yang ada di seberang jalan.
Entah apakah dia suka dengan makanan manis, tapi untuk hari ini aku ingin
memberinya sepotong kue.
***
“Kenapa tiba-tiba beli kue?”
“Nggak apa-apa, ingin saja. Yuk..”
Kami berdua berjalan ke seberang, disana sudah terlihat
seorang ibu yang sedang menanti kedatangan kami.
“Permisi bu, saya mau beli kue. Saya ambil kue red velvet-nya ini 1 bu.” Sambil ku menunjuk kue yang ku maksud. Dengan
sigap, pemiliknya melayani pesanan kami.
“Tambah apa lagi kak?”
Aku melirik keberadaanya, ya, laki-laki itu. Aku mencoba mencari cara untuk membuatnya
lengah dari perhatiannya yang sama denganku, di toko kue ini. “Oh iya, minta
tolong ambilkan uangku di tas bisa? Di tas bagian belakang, disitu ada saku kecil,
uangnya ada disana.”
Dia menyetujui dan sementara itu, aku segera berbisik kepada pemilik toko kue untuk menambahkan 1 lilin kecil dengan pemantik apinya.
“Ini.” Dia memberikanku beberapa lembar uang yang ada. Akupun
segera membayarkannya dan satu potong kue dengan paket lengkap yang tidak
diketahuinya berhasil ku dapatkan.
“Kita duduk di depan supermarket itu dulu ya, sembari aku mau
pesan ojek.”
“Oke.”
Ditaruhnya 2 tas yang dia bawa di dekat tempat duduk kami
masing-masing. Sementara aku duduk, dia masuk ke dalam supermarket. Seketika
itu, akupun segera menyalakan lilin dengan pemantik apinya diatas sepotong kue.
Dengan dua minuman yang dibawanya, dia tampak terkejut.
“Duduk dulu.” Dia pun duduk, dengan raut muka yang terlihat
bertanya-tanya.
“Kamu tau kan ini tanggal berapa? Selamat bertambah dan
bertumbuh ya, berdoalah dan tiup api lilinnya. Semoga segala inginmu terkabul
bersamaan dengan padamnya api.” Aku tersenyum sembari mendekatkan sepotong
kuenya. Dia juga tersenyum sembari mengikuti apa yang baru saja ku katakan
padanya dan api lilin itu pun padam.
“Terimakasih ya untuk kue dan perayaan yang hangat ini. Karena hari ini memang sedang ada urusan, aku tidak begitu ingat dengan hari ini dan ternyata kamu masih
mengingatnya.”
“Aku ingat, tapi yang membantuku mengingatkan adalah jam
tanganmu. Disana ada gambar balon, di sebelah pengingat tanggalnya.” Kami
tertawa.
Waktu menunjukkan pukul 5 lebih 15 menit.
“Kamu nggak pesan ojek?” Tanyaku padanya.
“Aku sudah bilang ke orang rumah, nanti akan ada yang menjemputku. Setelah ini pasti juga akan
sampai.”
“Kalau gitu, aku pamit duluan ya. Terimakasih untuk hari ini.” Aku segera
naik ke atas motor, tanpa sadar tanganku melambai.
“Hati-hati, nanti ku hubungi lagi.”
Aku tersenyum, kami kembali berlalu. Ku lihati satu kotak
susu stroberi di tanganku, pemberian darinya.
“Ternyata dia masih ingat..” Gumamku dalam hati.
Dulu aku memang
suka dengan susu stroberi, tapi ternyata itu sudah berlalu lama. Sekarang aku
tak begitu suka. Tapi sepertinya berbeda dengan suatu hal, yang masih bisa sama
saja.
Komentar
Posting Komentar