Sisi jalan.

Hari ini, aku kembali membuka laman internetku. Berharap menemukan satu lagu, yang sekiranya bisa menemani. Namun, semua judul lagu hari ini terasa tidak ada yang menarik. Perputaran waktu tentang aku dan dia, yang jadi tontonanku siang itu.

Malam itu, motor hitamnya berhasil membawaku melaju menyusuri jalan-jalan lama dengan masing-masing ceritanya yang tertinggal. Disela bercandanya, kami berhenti tepat di sisi jalan. Berhenti tepat sebelum lampu lalu lintas, warna merahnya juga jadi pertanda, “pemberhentian kita.”

“Kenapa berhenti?” tanyaku sembari turun dari motornya.

“Sebentar ada telfon yang perlu ku angkat.” Dia memakirkan motornya, meletakkannya agak sedikit ke dalam. Kemudian dia berjalan, cukup jauh untuk kita tidak bersampingan. Tidak sampai 2 menit, dia kembali.

“Ada sesuatu?”

“Sepertinya kita belum bisa melanjutkan rencana kita, kalau kamu ku pesankan ojek untuk pulang gimana?”

“Urusanku biar aku saja yang selesaikan, akan lebih gak enak buatku kalau urusanmu yang mendesak itu tidak segera kamu selesaikan. Lanjutkan saja perjalanan, aku gak papa. Aku masih ingin menikmati sejenak malam disini, sudah biasa untukku melakukan beberapa hal sendiri.”

“Maaf banget, ternyata aku harus kembali lebih cepat.”

“Hati-hati ya.”

“Terimakasih.” Dia melanjutkan perjalanannya, aku juga melanjutkan perjalananku.

Malam itu hujan tidak turun seperti biasanya, tapi angin malam masih cukup membuatku merasa kedinginan. Ah tidak apa, gumamku. Ada jaket yang cukup menenangkan.

Aku memutuskan untuk singgah di salah satu kedai kopi terdekat yang terlihat dari jangkauan mataku ketika aku menunggunya mengangkat telfon. Caramel Macchiato jadi pesananku. Aku meneguk kopi dingin itu pelan-pelan sambil berharap kopi ini menghangatkan. Entah kenapa, tiba-tiba perasaanku tidak enak. Pikiranku berkecamuk. Sekilas memang aku melihat nama seseorang yang ku kenal di panggilan telfonnya tadi. Ada tanda hati disana.

Barangkali, asumsiku saja selama ini. Semua tidak benar-benar terjadi seperti dugaanku. Harapanku saja yang terlalu tinggi hingga membuat potongan-potongan kisah yang pada akhirnya tidak akan pernah berjalan semauku. Sepertinya memang benar, masing-masing dari kita adalah penyimpan rahasia handal untuk diri kita sendiri.

Pada satu cerita ini, biar saja jadi misteri. Entah seperti apa kebenarannya, semoga apa yang sedang kita usahakan, beberapanya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Yang terbaik untuk kita, dari pilihan semesta.

Aku pulang.

Komentar