04.53 PM

Hujan semakin deras membasahi jalanan. Ku fikir aku akan segera sampai di rumah, ternyata aku masih diam disini. Mengingat kejadian yang menjadi awal pertemuanku dengannya. Benar-benar nggak ada harapan untuk bisa menjadi sepasang kisah yang melengkapi. Tapi mau gimana lagi, berjalannya waktu aku jadi tertarik untuk menilik kisahnya. Dia pun begitu.

“Yang terpenting dalam sebuah hubungan itu, saling percaya dan terbuka satu sama lain. kalau kita bisa menyelesaikan 2 tantangan itu, pasti kita bisa sampai di garis akhir yang kita inginkan. Namun untuk sekarang, mencapai garis akhir itu masih perlu usaha yang keras, jalan kita juga masih panjang.” Tanpa menatapku serius, lelaki itu memberikan ruang percaya padaku. Lelaki itu  mengizinkanku untuk menaruh percaya padanya, aku membiarkan diri untuk terobsesi akan pertanggungjawaban yang benar-benar akan dia lakukan.

“Ada cerita apa tadi di kelas?”

“Nggak ada yang menarik, berjalan seperti biasa dan sewajarnya saja. Cukup menjadi pengisi catatan di hari ini. Kalau kamu?” Lelaki itu menanyaiku, aku dan dia berbeda kelas. Meski kerap kali jam pulang tidak sama, tapi kami berhasil menyelesaikan satu masalah itu dengan memanfaatkan ruang perpustakaan sekolah. Aku atau dia yang pulang akhir, akan menemukan jawaban pulang bersama setelah kami masing-masing menuju ruang perpustakaan itu. Kami saling menunggu.

“Hari ini pemilihan ketua kelas lagi. Untuk semester ini, tetap saja aku yang harus mengemban tanggung jawab itu. Teman-teman terlanjur percaya padaku. Padahal sewajarnya manusia, aku tidak akan pernah bisa benar-benar menuruti segala keinginannya.”

“Yang penting dicoba dan dijalani dulu. Kita nggak akan pernah benar-benar tau hasil dan kualitas diri kita kalau mencoba dan menjalani saja enggan.”

“Ya, aku juga sempat berfikir begitu. Tapi ya, ada rasa setengah hati untuk melangkah.”

Bis kepulanganku datang disela-sela percakapanku dengannya. Ingin tinggal tapi waktu enggan mengiyakan, ia memaksaku untuk segera pulang. Aku berpamitan dengan lelaki itu. Ku lambaikan tanganku sebagai ucap perpisahan. Jendela bus kali ini jadi saksi atas kisah di sore hari yang seharusnya belum usai.

Komentar